ESG dan Sustainability Reporting: Kebutuhan Nyata di Era Ekonomi Hijau

Akuntansi.umsida.ac.id – Keberlanjutan bukan lagi sebuah tren sesaat, melainkan sebuah kebutuhan nyata dalam dunia bisnis. Perusahaan di seluruh dunia kini semakin dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan sosial dan lingkungan yang berlangsung cepat. Laporan keberlanjutan atau sustainability reporting telah menjadi alat penting untuk menunjukkan komitmen perusahaan terhadap isu-isu ini. Dalam konteks ini, Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi kerangka utama untuk mengukur kinerja perusahaan dalam hal keberlanjutan.

Apakah ESG dan sustainability reporting hanya sekadar tren, atau justru sebuah kebutuhan mendasar bagi perusahaan di era ekonomi hijau?

Baca juga: Kebijakan Upah Minimum Antara Tantangan Dunia Usaha dan Harapan Kesejahteraan Sosial

Laporan Keberlanjutan: Lebih dari Sekadar Pelaporan

Di masa lalu, laporan keuangan menjadi satu-satunya acuan utama bagi pemangku kepentingan dalam menilai kinerja perusahaan.

Sumber: Pexels

Namun, dengan meningkatnya kesadaran tentang isu lingkungan, sosial, dan tata kelola, kini laporan keberlanjutan (sustainability reporting) juga menjadi instrumen yang tak kalah penting.

Laporan ini bukan hanya untuk mematuhi regulasi atau mendapatkan pujian, tetapi lebih untuk menunjukkan keseriusan perusahaan dalam berkontribusi pada keberlanjutan jangka panjang.

Standar GRI (Global Reporting Initiative) menjadi salah satu pedoman penting yang digunakan oleh banyak perusahaan di seluruh dunia untuk menyusun laporan keberlanjutan mereka.

Laporan yang berbasis pada GRI ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai dampak operasional perusahaan terhadap aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Dengan demikian, perusahaan dapat secara transparan menunjukkan sejauh mana mereka berkomitmen untuk mengurangi jejak ekologis, memperhatikan kesejahteraan karyawan dan masyarakat, serta mengelola organisasi secara etis dan bertanggung jawab.

Namun, laporan keberlanjutan bukan hanya sekadar formalitas. Laporan ini mencerminkan nilai dan tanggung jawab perusahaan terhadap masa depan.

Dalam dunia yang semakin terhubung dan transparan, perusahaan yang tidak menyusun laporan keberlanjutan cenderung dianggap tidak peduli terhadap isu sosial dan lingkungan yang semakin mendesak.

Lihat juga: Pajak untuk Siapa? Menelusuri Krisis Kepatuhan Pajak di Tengah Kepercayaan yang Memudar

Regulasi dan Kewajiban: Menjawab Tuntutan Sosial dan Lingkungan

Regulasi tentang keuangan berkelanjutan semakin mempertegas pentingnya laporan keberlanjutan di Indonesia.

Salah satunya adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 51/POJK.03/2017 tentang Keuangan Berkelanjutan, yang mengharuskan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menyusun laporan keberlanjutan.

Sumber: Pexels

POJK ini tidak hanya mendorong perusahaan untuk mematuhi standar keberlanjutan, tetapi juga memberi ruang bagi perusahaan untuk menunjukkan kontribusinya terhadap ekonomi hijau dan sosial.

Selain itu, di tingkat internasional, perusahaan juga dihadapkan pada tuntutan yang lebih besar untuk memperlihatkan kinerja keberlanjutan mereka melalui laporan ESG.

Keberadaan standar internasional seperti GRI dan framework lainnya menciptakan standar yang lebih tinggi dan lebih jelas dalam penyusunan laporan keberlanjutan.

Hal ini menjadi langkah penting agar perusahaan dapat lebih bertanggung jawab terhadap dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan.

Pentingnya laporan keberlanjutan juga terlihat dalam bagaimana perusahaan menarik perhatian investor dan konsumen.

Di era green economy, para investor semakin memperhatikan kinerja perusahaan tidak hanya dari segi profit, tetapi juga dari dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan.

Oleh karena itu, laporan keberlanjutan yang berbasis ESG menjadi instrumen yang tidak hanya bermanfaat bagi pemangku kepentingan internal, tetapi juga untuk mempertahankan daya saing perusahaan dalam pasar global yang semakin berorientasi pada keberlanjutan.

ESG di Era Green Economy: Tantangan atau Peluang?

Memasuki era ekonomi hijau, perusahaan dituntut untuk berperan aktif dalam mewujudkan dunia yang lebih berkelanjutan.

ESG bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah kewajiban yang harus dijalankan oleh perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang di pasar global.

Laporan keberlanjutan yang mencakup aspek ESG menjadi indikator penting bagi konsumen, investor, dan pemerintah dalam menilai kontribusi perusahaan terhadap keberlanjutan.

Namun, tantangan terbesar dalam penerapan ESG adalah bagaimana menyelaraskan antara tujuan keberlanjutan dengan tujuan bisnis yang mengutamakan keuntungan.

Meskipun awalnya perusahaan mungkin merasa keberlanjutan itu membutuhkan biaya ekstra, pada kenyataannya, perusahaan yang mampu beradaptasi dengan prinsip ESG justru dapat memperoleh keuntungan jangka panjang melalui penghematan energi, peningkatan reputasi, dan peningkatan loyalitas pelanggan.

Sebagai contoh, perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan dalam operasional mereka cenderung lebih efisien dalam penggunaan sumber daya dan lebih responsif terhadap perubahan kebijakan lingkungan.

Di sisi lain, perusahaan yang mengabaikan aspek ESG berisiko kehilangan pasar dan reputasi di mata konsumen yang semakin sadar akan isu keberlanjutan.

Oleh karena itu, laporan keberlanjutan berbasis ESG bukan hanya sebuah alat pelaporan, tetapi juga merupakan investasi untuk masa depan perusahaan yang lebih berkelanjutan.

ESG dan sustainability reporting bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan nyata bagi perusahaan yang ingin bertahan di era ekonomi hijau.

Dalam dunia yang semakin berfokus pada keberlanjutan, laporan keberlanjutan menjadi salah satu cara perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab mereka terhadap dampak sosial dan lingkungan.

Dengan mengikuti standar internasional dan regulasi yang ada, perusahaan dapat membuktikan komitmennya untuk berkontribusi pada dunia yang lebih baik.

Ke depan, perusahaan yang dapat mengintegrasikan keberlanjutan dalam setiap aspek operasionalnya akan menjadi pemenang di pasar global yang semakin menuntut transparansi dan akuntabilitas.

Penulis: Indah Nurul Ainiyah

Bertita Terkini

Pajak untuk Siapa? Menelusuri Krisis Kepatuhan Pajak di Tengah Kepercayaan yang Memudar
August 14, 2025By
Workshop Accurate Persiapan UAS: Trik Cepat dan Tepat Accurate: Amankan Nilai UAS dengan Strategi Akurat
August 3, 2025By
Audit Internal di Persimpangan Jalan Antara Pencegah Korupsi atau Pelengkap Administrasi
July 30, 2025By
Puteri Agustin Raih Emas Ukir Prestasi Taekwondo di Porprov Jatim IX
July 26, 2025By
Laporan Keuangan di Balik Tirai Transparansi atau Sekadar Formalitas
July 22, 2025By
Goodwill: Aset Tak Kasat Mata yang Bernilai Triliunan, Mahasiswa Akuntansi Harus Paham!
July 18, 2025By
Aplikasi Hits di Kalangan Anak Akuntansi, Sudah Coba yang Mana?
July 14, 2025By
Meniti Karier Menguntungkan di Bidang Keuangan melalui Prodi Akuntansi Umsida
July 10, 2025By

Prestasi

Puteri Agustin Raih Emas Ukir Prestasi Taekwondo di Porprov Jatim IX
July 26, 2025By
Raih Wisudawan Terbaik, Maya Berbagi Kiat Sukses di Dunia Kuliah dan Bisnis
November 5, 2024By
Company Visit Mendorong Mahasiswa Agar Dapat Meraih Prestasi Melalui Lomba ASST Bandung
April 12, 2023By
NGOPI (Ngobrol Pintar Prodi Akuntansi UMSIDA) Bersama Mahasiswa ASST 2022
April 11, 2023By
Mahasiswi Prodi Akuntansi UMSIDA Sabet Juara 3 Lomba Esai Pajak
July 15, 2022By
Melewati Seleksi Ketat, Mahasiswa Prodi Akuntansi UMSIDA Masuk Dalam 10 Finalis Duta Anti Narkoba Sidoarjo 2022
July 12, 2022By
5 MAHASISWA AKUNTANSI MENGUKIR PRESTASI DENGAN MAGANG DI TELKOMSEL
January 5, 2022By