Akuntansi.umsida.ac.id – Penelitian terbaru yang dilakukan oleh dosen Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Wiwit Hariyanto SE MSi, memberikan gambaran baru tentang betapa kuatnya pengaruh kondisi moneter terhadap pergerakan saham perusahaan telekomunikasi.
Melalui analisis selama periode 2020–2023, penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi dan suku bunga SBI mampu menjelaskan hingga 90,1 persen perubahan harga saham sektor telekomunikasi.
Temuan ini menjadi sorotan penting karena selama ini sektor telekomunikasi dianggap lebih stabil dan relatif aman dari guncangan ekonomi, terutama setelah perannya meningkat di masa pandemi COVID-19.
Menurut dosen Umsida tersebut, “hal ini menunjukkan bahwa sektor telekomunikasi tidak sepenuhnya kebal terhadap tekanan ekonomi makro.,” ujarnya.
“Justru pergerakan sahamnya sangat responsif terhadap dinamika inflasi dan perubahan suku bunga,” tambahnya.
Baca juga: Fraud di Era Digital: Bagaimana Teknologi Membantu dan Mengancam Akuntansi
Inflasi yang Diam-Diam Menggerakkan Harga Saham

Dalam hasil analisis yang ditampilkan pada bagian uji statistik, Variabel Inflasi menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,004.
Ia menegaskan bahwa inflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi .
Kenaikan inflasi ternyata tidak hanya berdampak pada harga kebutuhan pokok masyarakat, tetapi juga berimbas langsung pada struktur biaya perusahaan.
Lonjakan harga bahan baku infrastruktur, perangkat jaringan, serta kebutuhan operasional lainnya membuat perusahaan telekomunikasi harus menyesuaikan strategi bisnisnya.
Kondisi ini berpotensi memengaruhi tingkat permintaan layanan digital di masyarakat.
Ketika daya beli melemah, masyarakat cenderung menahan konsumsi pada layanan tambahan atau paket premium.
Situasi inilah yang pada akhirnya memengaruhi ekspektasi pasar dan berujung pada fluktuasi harga saham.
Dosen tersebut menjelaskan bahwa “inflasi bukan hanya tentang kenaikan harga barang konsumsi, tetapi tekanan biaya yang kemudian berdampak pada nilai saham perusahaan,” ungkapnya.
Lihat juga: Bedah Peran Hukum sebagai Perubahan Menuju Negara yang Adil: Prodi Hukum Umsida Datangkan Ahli
Suku Bunga SBI dan Pergeseran Portofolio Investor
Tidak hanya inflasi, suku bunga SBI juga terbukti memiliki pengaruh signifikan, dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 dalam hasil uji t yang disajikan pada penelitian.
Kenaikan suku bunga biasanya membuat investor beralih ke instrumen yang lebih aman dengan risiko rendah, seperti SBI atau deposito.
Pergeseran preferensi ini menyebabkan turunnya permintaan saham, termasuk saham-saham telekomunikasi yang selama pandemi mengalami lonjakan minat.
Peneliti menegaskan bahwa “perubahan kecil pada suku bunga SBI dapat memicu pergeseran besar dalam portofolio investasi. Investor sektor telekomunikasi pun ikut merasakannya,” tegasnya.
Pada akhirnya, penelitian ini mengungkap bahwa sektor telekomunikasi meski tumbuh pesat karena kebutuhan digital tetap berada dalam pusaran variabel makroekonomi yang cukup kuat.
Tingginya sensitivitas hingga 90,1 persen menunjukkan bahwa pergerakan saham sangat dipengaruhi kebijakan moneter yang berlaku.
Temuan ini menjadi peringatan penting bagi investor, regulator, dan pelaku industri agar terus memantau perkembangan ekonomi nasional sebagai bagian dari strategi pengambilan keputusan.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah


















