Dampak Reward dan Punishment terhadap Pencegahan Kecurangan Laporan Keuangan

Akuntansi.umsida.ac.id – Sistem penghargaan (reward) dalam dunia bisnis dirancang untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas karyawan. Dengan adanya insentif seperti bonus, promosi, atau tunjangan tambahan, perusahaan berharap karyawan dapat bekerja lebih giat dan menunjukkan kinerja terbaik. Namun, di balik manfaatnya, sistem reward juga bisa menjadi bumerang yang justru membuka peluang kecurangan dalam laporan keuangan.

Baca juga: Kolektivisme di Tempat Kerja: Pilar Kepercayaan atau Pemicu Kecurangan?

Dalam beberapa kasus, tekanan untuk mencapai target agar mendapatkan reward membuat karyawan tergoda untuk melakukan manipulasi laporan keuangan.

Demi memenuhi ekspektasi manajemen atau pemegang saham, data keuangan bisa saja dimanipulasi agar terlihat lebih baik dari kondisi sebenarnya.

Sumber: Ilustrasi AI

Hal ini menunjukkan bahwa sistem reward yang tidak dikontrol dengan baik dapat mendorong terjadinya kecurangan, bukan meningkatkan transparansi.

Perusahaan perlu menyadari bahwa sistem reward yang terlalu berorientasi pada hasil finansial dapat menciptakan tekanan yang besar bagi karyawan.

Jika target yang ditetapkan tidak realistis atau hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek, karyawan mungkin merasa tidak punya pilihan selain memanipulasi angka agar tetap terlihat memenuhi harapan.

Oleh karena itu, sistem penghargaan harus berbasis pada evaluasi kinerja yang objektif, bukan hanya sekadar pencapaian angka dalam laporan keuangan.

Dengan begitu, perusahaan dapat tetap mendorong kinerja tinggi tanpa membuka celah bagi penyimpangan.

Lihat juga: Keberagaman Gender dalam Kepemimpinan Dewan Pengaruhi Konservatisme Akuntansi dan Kinerja Keuangan Perusahaan

Hukuman sebagai Kontrol atau Ancaman Ketika Terjadi Kecurangan?

Di sisi lain, sistem hukuman (punishment) diterapkan sebagai bentuk pengendalian terhadap tindakan yang menyimpang.

Hukuman seperti pemotongan gaji, pencabutan bonus, atau bahkan pemecatan, dirancang untuk menekan perilaku kecurangan dalam dunia bisnis.

Namun, apakah sistem punishment ini benar-benar efektif dalam mencegah kecurangan laporan keuangan?

Beberapa studi menunjukkan bahwa ancaman hukuman dapat memberikan efek jera, tetapi hanya dalam jangka pendek.

Jika sistem punishment terlalu keras tanpa adanya solusi perbaikan, karyawan justru akan mencari cara lain untuk menghindari hukuman, termasuk dengan cara yang tidak etis.

Misalnya, mereka bisa berkolusi dengan rekan kerja atau pihak lain untuk menutupi praktik kecurangan.

Selain itu, ketakutan terhadap hukuman yang berat juga bisa menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat.

Karyawan mungkin merasa terintimidasi dan enggan melaporkan kesalahan yang terjadi, sehingga kecurangan justru semakin sulit dideteksi.

Oleh karena itu, penerapan hukuman yang efektif harus bersifat edukatif dan berskala. Tidak semua pelanggaran harus dihukum dengan tindakan ekstrem seperti pemecatan.

Ada baiknya jika perusahaan menerapkan sistem peringatan berjenjang dan program pembinaan agar karyawan memahami dampak negatif dari kecurangan yang mereka lakukan.

Dengan cara ini, punishment tidak hanya menjadi alat kontrol, tetapi juga sarana pembelajaran untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih transparan.

Integritas Keuangan: Menyeimbangkan Reward dan Punishment

Untuk memastikan integritas laporan keuangan, perusahaan harus menemukan keseimbangan antara sistem reward dan punishment.

Penghargaan perlu diberikan kepada karyawan yang benar-benar menunjukkan kinerja baik secara etis, sementara hukuman harus diterapkan secara adil bagi mereka yang terbukti melakukan kecurangan.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menetapkan indikator kinerja utama (Key Performance Indicators/KPI) yang tidak hanya berbasis pada hasil finansial, tetapi juga mencakup aspek kepatuhan terhadap kode etik dan transparansi.

Dengan demikian, karyawan akan lebih termotivasi untuk bekerja dengan jujur tanpa merasa tertekan untuk mencapai angka tertentu dengan cara yang tidak etis.

Selain itu, perusahaan perlu memperkuat sistem pengawasan internal dan menerapkan budaya kerja yang menekankan nilai-nilai kejujuran serta transparansi.

Sistem whistleblowing, di mana karyawan dapat melaporkan tindakan kecurangan secara anonim, bisa menjadi salah satu solusi untuk memastikan bahwa pelanggaran tidak dibiarkan begitu saja.

Dengan membangun lingkungan yang menghargai etika kerja dan akuntabilitas, risiko kecurangan dalam laporan keuangan dapat diminimalkan.

Salah satu cara lain yang efektif adalah dengan meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

Jika mereka merasa dihargai dan tidak berada di bawah tekanan yang berlebihan, kecenderungan untuk melakukan kecurangan akan berkurang.

Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan aspek kesejahteraan karyawan sebagai bagian dari strategi pencegahan kecurangan.

Keberhasilan dalam mencegah kecurangan laporan keuangan tidak hanya bergantung pada sistem reward dan punishment, tetapi juga pada bagaimana perusahaan membangun budaya kerja yang sehat dan transparan.

Sistem reward yang diterapkan dengan bijak dapat meningkatkan motivasi tanpa mendorong manipulasi data, sementara sistem punishment yang adil dan edukatif dapat menjadi alat kontrol tanpa menciptakan ketakutan berlebihan.

Dengan pendekatan yang seimbang, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih etis dan menjaga kredibilitas keuangan mereka.

Pada akhirnya, pencegahan kecurangan bukan hanya tentang memberikan insentif atau sanksi, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai integritas dalam setiap aspek operasional perusahaan.

Penulis: Indah Nurul Ainiyah

Bertita Terkini

Webinar Pajak “Era Society 5.0: CoreTax, Transparansi Pajak, dan Dukungan untuk Generasi Pengusaha Muda”
January 17, 2025By
Selamat Menempuh Ujian Akhir Semester (UAS) Ganjil Tahun Akademik 2024/2025
January 9, 2025By
Womenpreneur Rusunawa Pucang: Meningkatkan Daya Saing Lewat Modal Sosial dan Branding Usaha
January 5, 2025By
Webinar Strategi Lulus Kuliah 3,5 Tahun: “Maksimalkan Potensi Diri: Tips Meningkatkan Produktivitas Selama Kuliah”
December 29, 2024By
LKMM-TD Himaksida 2024: Generasi Baru, Kepemimpinan Baru
December 23, 2024By
Workshop Penelitian Kualitatif “Menyelami Paradigma Kualitatif: Teknik Analisis dan Publikasi”
December 20, 2024By
Selamat dan Sukses untuk Para Dosen Akuntansi UMSIDA atas Keberhasilan Lolos Program Hibah RisetMu Batch VIII!
December 14, 2024By
Sosialisasikan Program Studi Akuntansi di SMAN 4 Pasuruan
December 8, 2024By

Prestasi

Raih Wisudawan Terbaik, Maya Berbagi Kiat Sukses di Dunia Kuliah dan Bisnis
November 5, 2024By
Company Visit Mendorong Mahasiswa Agar Dapat Meraih Prestasi Melalui Lomba ASST Bandung
April 12, 2023By
NGOPI (Ngobrol Pintar Prodi Akuntansi UMSIDA) Bersama Mahasiswa ASST 2022
April 11, 2023By
Mahasiswi Prodi Akuntansi UMSIDA Sabet Juara 3 Lomba Esai Pajak
July 15, 2022By
Melewati Seleksi Ketat, Mahasiswa Prodi Akuntansi UMSIDA Masuk Dalam 10 Finalis Duta Anti Narkoba Sidoarjo 2022
July 12, 2022By
5 MAHASISWA AKUNTANSI MENGUKIR PRESTASI DENGAN MAGANG DI TELKOMSEL
January 5, 2022By