Akuntansi.umsida.ac.id – Dalam dunia akuntansi, istilah “goodwill” mungkin terdengar teknis dan rumit. Namun, di balik istilah itu tersimpan nilai yang sangat besar.
Bahkan, dalam banyak kasus, goodwill memiliki nilai lebih tinggi dari aset fisik perusahaan.
Sayangnya, masih banyak mahasiswa akuntansi yang belum memahami seberapa penting aset tak berwujud ini dalam menentukan nilai perusahaan, terutama di era bisnis digital saat ini.
Goodwill bukan sekadar angka dalam laporan keuangan. Goodwill mencerminkan kepercayaan pelanggan, reputasi perusahaan, kekuatan merek, jaringan relasi bisnis, dan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki suatu entitas.
Saat sebuah perusahaan diakuisisi dengan harga jauh di atas nilai buku, perbedaan tersebut sering kali diakui sebagai goodwill.
Apa Itu Goodwill?
Dalam akuntansi, goodwill adalah selisih lebih antara harga pembelian suatu perusahaan dengan nilai wajar dari aset bersih yang dimilikinya.

Goodwill muncul saat suatu perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang tidak terlihat dalam aset fisik, seperti loyalitas pelanggan, merek yang kuat, relasi bisnis jangka panjang, atau inovasi teknologi yang tidak tercatat secara langsung.
Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki total aset Rp100 miliar, dan dijual dengan harga Rp250 miliar, maka Rp150 miliar di antaranya merupakan goodwill.
Angka ini tidak berasal dari mesin, gedung, atau kendaraan, tetapi dari kepercayaan investor terhadap prospek bisnis jangka panjang.
Baca juga: Aplikasi Hits di Kalangan Anak Akuntansi, Sudah Coba yang Mana?
Mengapa Goodwill Sangat Berharga?
Goodwill adalah aset yang tidak bisa disentuh, namun memiliki pengaruh besar dalam menilai potensi pertumbuhan sebuah perusahaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, nilai goodwill dalam perusahaan teknologi jauh melampaui aset berwujud.
Contohnya dapat dilihat pada akuisisi WhatsApp oleh Facebook, atau pembelian startup digital seperti Tokopedia dan Gojek oleh investor besar.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya dinilai dari aset fisik seperti bangunan dan kendaraan. Di era digital, jumlah pengguna aktif, kekuatan brand, dan pengaruh sosial bisa menjadi penentu utama dalam valuasi.
Tantangan Bagi Mahasiswa Akuntansi
Sayangnya, pemahaman mahasiswa akuntansi terhadap goodwill masih terbatas. Banyak yang fokus pada laporan keuangan konvensional tanpa melihat pentingnya nilai tak berwujud dalam analisis keuangan modern.

Padahal, sebagai calon akuntan masa depan, pemahaman tentang goodwill sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan bisnis saat ini.
Mahasiswa akuntansi harus mulai memahami bagaimana mencatat goodwill, kapan bisa diakui, serta bagaimana cara mengukur penurunan nilainya (impairment).
Dalam dunia profesional, banyak kasus di mana nilai goodwill harus disesuaikan karena tidak lagi merepresentasikan nilai yang sebenarnya.
Lihat juga: Waspadai Jebakan Dividen: Saat Imbal Hasil Tinggi Justru Jadi Bumerang bagi Investor Saham.
Kampus dan Relevansi Kurikulum
Beberapa perguruan tinggi telah mulai mengintegrasikan materi goodwill dan valuasi aset tak berwujud ke dalam kurikulum.
Namun, tidak semua kampus melakukan hal serupa. Perlu adanya penyesuaian dalam pengajaran, terutama dengan pendekatan studi kasus nyata dari dunia bisnis.
Program magang, kuliah umum dengan praktisi bisnis, dan simulasi akuisisi perusahaan bisa menjadi cara efektif untuk memperkenalkan konsep goodwill secara praktis.
Hal ini tidak hanya membantu mahasiswa memahami akuntansi secara menyeluruh, tapi juga membekali mereka dengan wawasan bisnis yang lebih luas.
Dunia Nyata: Goodwill dalam Praktik
Di luar kampus, banyak perusahaan mengandalkan goodwill sebagai daya tarik investor.
Startup yang belum memiliki keuntungan besar tetap bisa mendapatkan pendanaan karena investor melihat potensi jangka panjang.
Dalam laporan keuangan, nilai goodwill bisa menjadi bukti bahwa bisnis memiliki masa depan cerah.
Namun, perusahaan juga harus berhati-hati. Goodwill yang terlalu tinggi tanpa justifikasi yang jelas bisa menjadi jebakan.
Jika ekspektasi pasar tidak tercapai, goodwill bisa mengalami penurunan nilai yang signifikan dan berdampak pada kesehatan laporan keuangan perusahaan.
Goodwill bukan sekadar istilah dalam buku teks. Ini adalah aset penting yang mencerminkan kekuatan tak kasat mata dari sebuah bisnis.
Di tengah perkembangan bisnis digital dan valuasi perusahaan yang semakin kompleks, mahasiswa akuntansi perlu memahami goodwill secara lebih mendalam.
Memahami goodwill adalah langkah awal untuk menjadi akuntan yang adaptif, kritis, dan relevan dengan zaman.
Kampus memiliki peran penting dalam memperkenalkan konsep ini sejak dini. Bukan hanya demi kelulusan, tapi demi kesiapan menghadapi dunia bisnis yang sesungguhnya.
Penulis: Moch. Akira Putra Adista Pratama AlDaffa
Penyunting: Indah Nurul Ainiyah